Sejarah Desa Malenggang

 

Menurut sejarah lisan, pembentukan dan perkembangan sosial budaya suku Iban khususnya atau suku Austronesia umumnya terjadi pada masa kejayaan Austronesia di Kerajaan Panggau Libau di Tampun Juah, sebelum adanya Iban, Bidayuh, Ot Danum fan Ngaju, dan bangsa lain terpecah menjadi beberapa sub suku.  Selama masa penjajahan Inggris di Sarawak dan Belanda di Kalimantan Barat, suku Iban sebelumnya dikenal sebagai Dayak Sea Laut

Sebutan "Dayak Laut" kepada orang Iban karena kehadiran orang Iban di lautan pada abad ke-17 hingga ke-19 di Laut Cina Selatan. dari Laut Borneo".

Mengikut sejarah lisan , pembentukan dan perkembangan budaya sosial Dayak Iban terjadi ketika era PEMERINTAHAN KERAJAAN IBAN PANGGAU LIBAU di Tampun Juah, sebelum berpecah kepada beberapa subsuku-subsuku yang ada sekarang. Dalam jurnal yang ditulis oleh Charles Broke, selama masa kolonial Inggris dan Belanda, kelompok Dayak Iban sebelumnya dikenal sebagai "SEA DAYAK" ini kerana pada kurun ke 17 hingga ke 19 telah menyaksikan kemunculan orang Iban di lautan china selatan .Tradisi memenggal kepala musuh di lautan atau tradisi Kayau telah menggerunkan para pelayar Eropah hingga tercatat di dalam sejarah maritim bangsa Eropah sebagai "VIKINGS OF EASTERN SEA " dan "KING OF SEA BORNEO " bersama dengan orang Iranum dan Balingingi dari kepulauan Filipina.Kata Sea Dayak kemudian diterjermah kepada Dayak Laut. (bahasa Inggris:Sea Dayak).[5]

Suku Dayak Iban adalah bangsa peribumi tertua di Sarawak dan Asia.Ini dibuktikan dengan penemuan bukti sains artifak purba di Gua Niah, Sarawak, Malaysia yang dianggarkan berusia 40,000 tahun SM hingga 65,000 tahun SM.seterusnya membuktikan bahawa Dayak Iban Nenek moyang kepada ratusan sub suku dan etnik di Pulau Borneo dan pulau sekitarnya. Teori ini telah menolak sejarah yang mengatakan bahwa Dayak Iban itu berasal dari Kalimantan, Indonesia. Karena, pada aslinya, Dayak Iban itu asalnya dari Gua Niah kemudian berpindah ke Kalimantan. Pada kejatuhan TAMPUN JUAH, di Kalimantan, Dayak Iban itu ada yang berpecah dan melahirkan suku Dayak-dayak lain seperti hari ini.

WARISAN TATTOO BUDAYA ASAL DARI DAYAK IBAN. Bagi suku Dayak Iban, tradisi tato menjadi bahasa verbal yang sakral sebagai simbol pencapaian hidup. Tato yang menghiasi tubuh mereka adalah bentuk penghargaan atas diri mereka tetang pencapaian hidup. Pencapaian hidup itu terbagi dalam tiga era, yaitu era mengayau (peperangan), era bejalai (merantau) jauh bagi laki-laki, dan era modern.[6]

Dan  pada Tahun 1987 Kepala Suku Iban sebaruk(Pemimpin Kampung) Dipecah menjadi dua Desa yaitu Desa Malenggang dan Desa Sungai Tekam yang Sebelumnya di sebut (Desa Kedih)

Abstract
The uniqueness Tebah Gendang of Iban Sebaruk Dayak tribe in Sekayam District Sanggau
regency. This study aims to analyze the beats patterns and the technique of playing Tebah
Gendang. This study was conducted using the descriptive-analytic method in the form of
qualitative research. The approach used in conducting the study was musicology. The
researcher acted as the research instrument. The data were gathered from the public figure
in the community and the kendang craftsmen and players, of which they were collected using
observation, interviews, and documentary study techniques. The data were validated by
sources triangulation and technique triangulation and. were analyzed by adapting the
technique from Miles and Huberman such as data reduction, data presentation, and
verification. The findings show that there are eight patterns of tebah gendang beats; they are
tebah pekak ayam, babi makan belaut, tungkat tebuh betung, pelebar, gendang nait, kuntau,
ngajat and banong belit. In addition, there are two sounds produced (“dup” and “pak”),
which were formed from being hit using the palm. This artistry is unique because it has a
variety of different beat patterns with other musical instruments. Based on the results, it is
necessary to study further to make it material in learning local musical instruments.


Posting Komentar

0 Komentar